Jumat, 14 Juni 2013

Jika Lewatlah Kau Sya'ban Karya KH. Abdurrahman Arroisi

Jika lewatlah engkau, Sya'ban, berarti tertinggal kenangan lama tentang hari dan waktu. Ya, seperti malam-malam nisfu yang dahulu, kami semua berkumpul di masjid setelah maghrib. shalat sunah dua raka'at, baca Yasin tiga kali, lantas bertahlil ramai-ramai.

Setelah itu air putih yang sudah ditaburi dengan do'a diperebutkan oleh anak-anak kecil. Bukan dengan keyakinan memperpanjang umur, tetapi sekedar perlambang bahwa malam itu, rahmat Allah turun melimpah-limpah laksana air, dan kami sudah siap menghirupnya.
Ada juga yang ke masjid hanya karena roti dan ketan-ketan turun. Bahkan ketika sedang sibuknya yang lain bacaan do'a, ada beberapa orang perempuan kehilangan sandalnya. Malahan Sanusi dari Gunungsari, biasanya sandalnya jelek, pagi-pagi sudah baru. Ternyata setelah tertangkap dia mengaku Nimpe punya orang masjid waktu upacara malam nisfu sya'ban.
Menurut nabi, ibadah manusia pada bulan sya'ban dilipatgandakan pahalanya oleh Allah. dan dikatakan oleh para ahli hikmah, sya'ban bulan untuk membersihkan hati.
Wahai Sya'ban, jika engkau lewatlah, engkau akan menjadi saksi kepada Allah bahwa maksiat orang pun makin menjadi-jadi dalam bulan  ini. Banyak yang ke masjid, tetapi banyak juga yang mempergunakan masjid untuk ambisi pribadi. Ada masjid yang memakai beduk, dan ada masjid yang mengutuk bedug. Juga soal jama'ah dan jumlah murid terkadang untuk berlomba pasang nama, bukan untuk syiar agama. ada juga yang buat interest pribadi. Dengan jama'ah yang melimpah, namanya terangkat, kedudukannya terhormat.
Yang lain lagi, soal sedekah dan sumbangan hanya untuk dipuji. yang sangat terlalu, justru ada ustad atau kiai  yang memuji-muji diatas mimbar tentang kedermawanan seseorang. Berarti mendidik manusia untuk ria dalam amalnya. bukankah sama dengan mengajari mereka untuk menjadi pendusta agama.
Kalau lewatlah engkau, Sya'ban, engkau akan menghapus dosa sang hamba. Lantaran Nabi pernah bersabda :"tidak ada suara yang lebih dicintai oleh Allah daripada suara seorang hamba yang sedang bertobat". Tetapi, engkau juga akan lewat untuk melaknat, yakni mereka yang berkhianat terhadap rahmat, membohongi rakyat dan menyelewengkan amanat.
Sya'ban yang suci, berlalulah engkau dengan tenang, menyobek kabisat demi kabisat. Kami yang tertinggal hanya mampu melambaikan tangan. batuk mendecing tidak mampu berobat. TBC melumat paru-paru kami biarkan. sebab obat makin lama makin mahal, sementara pekerjaan makin sukar dikejar. Untuk menjadi pegawai, saingan kelewat berjubel. yang diterima sekian ratus, yang mendaptar begitu ribauan.
AH, Sya'ban, tahukah engkau  bahwa mantri kesehatan di depan rumahku tarifnya sudah melangit? dan anak yang tiba-tiba sakit kritis, kemana harus minta tolong?. Banyak dokter di sebelah rumah, tetapi banyak yang sulit diminta bantuan mendadak. dan banyak lagi yang ternyata bukan dokter-dokter kami, tetapi dokter-dokter gedongan. Kalau yang memisahkan hanya tembok, kami bisa loncat, wahai sya'ban, tetapi  yang memisahkan adalah kantung. dengan apa batas ditempuh jika demikian?Merampok?itu haram. Korupsi?kami belum punya jabatan.
Jika lewatlah Sya'ban keramat, maka kuburan sudah banya dibongkar. yang keramat bukanlah malam atau orang suci. yang keramat zaman ini adalah mereka yang berduit dan bisa mengambil kesempatan. kaulihat, Sya'ban, orang ziarah sekarang sambil pacaran dan pakai celana jean atau cut-bray merangsang?.
Dulu ditaburkan kembang ke atas kubur, sekarang ada yang membawa gitar , menyanyi diatas ppusara ibunya.
Itu adalah hak asasi . tetapi, apakah akan dibiarkan juga pelacur menebarkan tikarnya dan berzina diatas tengkorak para mendiang?
Oh, Sya'ban, engkau adalah nama bulan. kami tinggal menghitung. Kedatanganmu tanpa terasa, juga lewatmu tidak terasa. Tetapi, yang makin perih pundak dan hati kami. Dulu tempat melacur bersembunyi. Sekarang singgahlah di warung-warung pinggir jalan, di hotel-hotel besar, di panti-panti pijat, di nite-club remang-remang. apa yang kau dapat ?
Karena itu kami ingin berkompromi dengan mu, Sya'ban. jangan kau catat yang jelek-jelek tentang kami, nanki engkau kami sanjung kami hormati. Bukankah tak ada urusan zaman ini yang tak kan beres dengan kompromi?. Pokoknya asal ente bijaksana, ana pun bakal tahu diri. TST-lah, kita makan sama-sama.
Tulisan ini kusus untukmu, Sya'ban. Jangan kasih lolos pada orang lain. sebab kami sedang memperbaiki langkah . Restu keagunganmu lah sebagai bulan Nabi yang kami harapkan, mudah-mudahan mempercepat harapan rakyat.
Jika lewatlah, Sya'ban, maka kami semua sedang bersiap-siap diri. Kami bangun negeri ini, sebab inilah satu-satunya milik kami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar